Sunday, June 8, 2008

ASPEK GEOPOLITIK, KEMESRAAN AS DAN ARAB SAUDI


Amerika Serikat dan Arab Saudi, sama-2 disingkat AS mempunyai hubungan yang mesra sekalipun mempunyai latar belakang yang berbeda. Arab Saudi :Islam, non demokrasi, monarki. Sedangkan AS :Kristen, demokrasi, dan negara federal. Kedua negara dipisahkan jarak yang jauh dan berbeda benua. Perbedaan yang tajam tersebut disatukan oleh kepentingan yang sama. Itulah politik "tidak ada teman yang abadi kecuali kepentingan yang sama".Selain kepentingan sama, kesamaan yang lain adalah keduanya masuk dalam negara kaya.
Mengapa kedua negara begitu mesra? Mulai kapan mereka menjadi TTM(teman tapi mesra)? Ketika PD II berakhir AS dengan Presidennya Roosevelt merumuskan kebijakan strategis untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan pasca PD II.Ahli strategi AS menyadari bahwa untuk menjaga kekompakan AS dan sekutunya, akses untuk mendapatkan minyak merupakan faktor yang sangat penting.Minyak merupakan motor penggerak utama mesin perang(pertahanan/keamanan) dan pembangunan
(kesejahteraan). Selama PD I dan PD II, AS mencukupi kebutuhan minyaknya dari ladang minyak dari bagian barat daya Amerika,
Mexico,dan Venezuela. Tapi kemudian disadari bahwa cadangan tersebut tidak cukup untuk mendukung strategi Amerika pasca PD II. Herbert Feis, penasehat ekonomi AS waktu itu berkesimpulan harus dicari sumber baru untuk mendapatkan akses minyak. Atas dasar kajian dan analisis yang mendalam "pena" Herbert Feis menunjukkan hanya satu lokasi yaitu di Timur Tengah.
Melalui perundingan Presiden Roosevelt dan Raja Abd al-Aziz Ibn Saud dari Arab Saudi pada tahun 1945, akhirnya AS memperoleh akses terhadap cadangan minyak di Arab Saudi. Peran ARAMCO(Arabian American Oil Company) cukup besar untuk memuluskan perundingan tersebut.Arab Saudi menurut penelitian mempunyai cadangan minyak terbesar di dunia. Hubungan mesra AS dan Arab Saudi yang dimulai 1945 tersebut tentu saja saling menguntungkan. AS memperoleh akses minyak dan Arab Saudi memperoleh perlindungan terhadap ancaman musuhnya baik dari internal maupun external.Disamping itu Amerika membantu teknologi explorasi/exploatasi dan pemasaran produk minyak Arab Saudi.Total impor minyak AS dari Arab Saudi mencapai 1/6 dari kebutuhannya.Sedangkan Arab Saudi membeli barang produksi AS senilai US$ 6-10 milyar.
Konsekwensi hubungan AS dan Arab yang semakin mesra tidak berhenti pada aspek ekonomi tetapi juga pertahanan dan keamanan. Kehadiran militer AS di Arab Saudi dari tahun 1945-1972 meningkat secara signifikan. Pengaruh kehadiran militer AS di Arab Saudi meningkat secara kuantitatif dan kualitatif.AS terlibat dalam aspek organisasi,pelatihan, suplai peralatan militer, dan manejemen bagi kekuatan militer Arab Saudi(Saudi Arabian National Guard atau SANG).Pengaruh militer AS di Arab Saudi mencapai puncaknya tahun 1979 ketika 3 hal penting terjadi bersamaan :invasi Uni Soviet di Afganistan,turunnya Shah Iran dan gangguan keamanan oleh gerakan anti pemerintah oleh islam militan di Mekah terhadap Pemerintah Arab Saudi. Dalam masa Pemerintahan Presiden Jimmy Carter pada waktu itu,doktrin Amerika menegaskan bahwa AS mengontrol teluk Persi dengan berbagai cara yang diperlukan, termasuk kekuatan militer jika dianggap perlu.Carter menempatkan militernya di teluk dengan membangun basis di Bahrain,Diego Garcia(pulau di Samudra Hindia yang dikuasai Inggris) dan uga tentu saja Arab Saudi. Invasi Irak ke Kuwait tahun 1990 dianggap ancaman pula bagi Arab Saudi dan negara sekutu AS di teluk. Hal tersebut menimbulkan eskalasi kehadiran militer AS di teluk.Sementara Osama Bin Laden yang semula ikut memerangi Uni Soviet di Afganistan dalam perjalanan waktu menjadi musuh AS dan Arab Saudi karena adanya perbedaan kepentingan politik yang cukup mendasar.
Penyerangan Osama Bin Laden dengan Al Qaedanya terhadap kepentingan AS sebetulnya tidak dimulai pada 11 September 2001, tetapi jauh sebelumnya sudah terjadi.Tahun 1993 penyerangan pertama ke WTC. Tahun 1995 penyerangan pertama ke markas pusat SANG di Ryadh, tahun 1996 peledakan Khobar Tower di Dhahran. Kemudian 1998 pemboman kedutaan AS di Kenya dan Tanzania serta selanjutnya penyerangan ke USS Cole.
Konstelasi politik di wilayah Timur Tengah berubah drastis setelah PD II, karena kepentingan AS dan sekutunya mendapatkan akses minyak di wilayah tersebut sesuai dengan doktrin geopolitik AS untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan pasca PD II. Sementara Arab Saudi dan negara teluk lainnya yang pro AS juga menikmati betapa aman dan nyamannya "madu" yang direguk hasil TTM(teman tapi mesra) dengan AS. Jadi sudah klop. Itulah wajah asli politik dimanapun berada.